Wednesday, April 3, 2013

PERAN GURU DALAM MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SD


Ada beberapa julukan yang diberikan kepada guru salah satunya adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Julukan ini mengindikasikan betapa besarnya peran dan jasa guru sehingga guru disebut sebagai pahlawan. Guru merupakan  sosok penting yang cukup menentukan dalam proses pembelajaran. Walaupun sekarang telah ada sumber belajar alternatif yang lebih kaya, seperti buku, majalah, internet maupun sumber belajar lainnya, guru tetap menjadi kunci untuk mengoptimalisasikan sumber-sumber belajar yang ada.
Dengan tugas dan peran semacam ini, guru atau pendidik merupakan sosok yang seharusnya mempunyai banyak ilmu, mau mengamalkan dengan sungguh-sungguh ilmunya tersebut dalam proses pembelajaran dalam makna yang lebih luas, toleran, dan senantiasa menjadikan siswanya memiliki kehidupan yang lebih baik. Secara prinsip mereka yang disebut guru bukan hanya mereka yang memiliki kualifikasi guru secara formal yang diperoleh melalui jenjang pendidikan, tetapi yang terpenting adalah mereka yang mempunyai potensi keilmuwan tertentu dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam area kognitif, afektif dan psikomotor. Pandai kognitif menjadikan siswa cerdas dalam aspek intelektualitasnya,  pandai afektif menjadikan siswa mempunyai sikap dan perilaku yang sopan dan pandai psikomotorik menjadikan siswa terampil dalam melaksanakan aktivitas secara efektif dan efisien, serta tepat guna.
Untuk memperoleh keberhasilan dalam pembelajaran yang mengarahkan dan mengoptimalkan para peserta didik, guru hendaknya harus memiliki kompetensi profesionalitas yang menunjang profesinya sebagai pendidik. Penyelidikan professional memungkinkan guru memenuhi banyak tantangan yang tidak diduga yang merupakan bagian dari mengajar di sekolah saat ini.
Di sinilah letak pentingnya peranan seorang guru. Sehingga bukan hal yang terlalu berlebihan jika ada penilaian bahwa berhasil atau tidaknya proses pendidikan tergantung pada peranan guru. Walapaun peranannya sangat menentukan, namun harus disadari bahwa guru bukan satu-satunya penentu keberhasilan atau kegagalan pembelajaran. Keberhasilan atau kegagalan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu sama lain. oleh karena itu, guru harus menghindari sikap merasa sebagai pihak paling berjasa dan paling mementukan keberhasilan pembelajaran.

A.  Hal-hal yang perlu diketahui oleh guru
            Merumuskan apa-apa yang perlu diketahui oleh guru bukanlah pekerjaan yang mudah. Beberapa guru yang handal, sangatlah kharismatik, sementara ada juga guru handal yang menyebalkan, ada banyak guru yang efektif yang bersifat emosional, namun banyak pula yang sabar. Banyak guru efektif yang bersifat keras, namun banyak pula yang bersifat lembut terhadap siswa. Jadi, para profesional dapat memiliki sifat yang beragam meskipun mereka semua dianggap sebagai profesional yang handal. Ada hal-hal yang berlaku umum yang harus dimiliki guru yang diyakini dapat mempercepat proses belajar  mengajar.
Guru yang efektif, harus memiliki tiga jenis pengetahuan agar mereka dapat mengajar para siswanya dengan baik.  Ketiga jenis pengetahuan tersebut adalah  :
1.    Pengetahuan tentang pembelajar dan bagaimana mereka belajar dan berkembang dalam konteks sosial.
2.    Pemahaman tentang mata pelajaran yang diajarkan dan keterampilan yang berkaitan dengan tujuan sosial pendidikan.
3.    Pemahaman tentang pengajaran yang berkaitan dengan materi ajar dan siswa yang diajar, sebagaimana yang diindikasikan dari hasil penilaian dan yang didukung oleh suasana kelas yang produktif.
Sebagai orang yang profesional, para guru memiliki komitmen untuk belajar apa yang mereka perlu ketahui agar para siswa yang diajarkannya berhasil. Visi seorang guru yang profesional harus menciptakan sinergi antara pengajaran dengan pembelajaran siswa dan mensyaratkan agar guru dapat menunjukan hasil pembelajaran siswa. Visi guru yang profesional juga mengharuskan guru benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan mendidik siswa di alam demokrasi, sehingga, sebagai warga negara mereka dapat berpartisipasi penuh dalam bidang politik, sosial, dan ekonomi.

B.   Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar
  1. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar
     “Guru yang bermutu memungkinkan siswanya untuk tidak hanya dapat mencapai standar nilai akademik secara nasional, tetapi juga mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang penting untuk belajar selama hidup mereka.” (Elaine B. Johnson)
     Mengajar sifatnya sangat kompleks, karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktris secara bersamaan. Aspek pedagogis menunjuk pada kenyataan bahwa mengajar di sekolah berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan. Oleh karena itu, guru harus mendampingi para siswanya menuju kesuksesan belajar atau kedewasaan. Aspek Psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa para siswa yang belajar pada umumnya, memiliki taraf perkembangan yang berbeda satu dengan lainnya, sehingga menuntut materi, metode, dan pendekatan yang berbeda antara satu siswa dengan siswa lainnya. Demikian pula halnya dengan kondisi para siswa, kompetensi, dan tujuan yang harus mereka capai juga berbeda. Selain itu, aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa proses belajar itu mengandung variasi. Cara penangkapan siswa terhadap materi pembelajaran tidak sama. Cara belajar juga beragam.
     Menurut Imam Al-Ghazali, kewajiban yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik adalah sebagai berikut :
  1. Harus menaruh kasih sayang terhadap anak didik, dan memperlakukan mereka seperti perlakuan anak sendiri.
  2. Tidak mengharapkan balas jasa atau ucapan terima kasih. Melaksanakan tugas mengajar bermaksud untuk mencari keridhoan dan mendekatkan diri pada Tuhan.
  3. Memberikan nasihat pada anak didik pada setiap kesempatan.
  4. Mencegah anak didik dari suatu akhlak yang tidak baik.
  5. Berbicara pada anak didik sesuai dengan bahasa dan kemampuan mereka.
Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru agar mencapai hasil maksimal.
·       Membuat perencanaan pembelajaran
Adanya perencanaan, membuat guru memiliki kerangka dasar dan orientasi yang lebih konkrit dalam pencapaian tujuan. Perencanaan pembelajaran mencakup:
  1. Tujuan yang hendak dicapai
  2. Bahan pelajaran yang dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan
  3. Bagaimana proses pembelajaran yang akan diciptakan untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien
  4. Bagaimana menciptakan dan menggunakan alat untuk mengetahui atau mengukur tujuan tercapai atau tidak.

·         Melaksanakan pembelajaran dengan baik
Pelaksaan pembelajaranseharusnya mengacu kepada perencanaan, namun demikian, seringkali perencanaan tidak dapat dilaksanakan scara maksimal. Guru yang baik, akan selalu melaksanakan evaluasi mengenai bagaimana proses pemblajaran yang telah dilakukan ; apakah sudah baik ataukah masih banyak kekurangan.  Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran akan semakin bermutu.

·         Memberikan feedback (umpan balik)
Adanya umpan balik berfungsi sebagai sarana untuk membantu memelihara minat dan antusiasme siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan melalui evaluasi. Bagi guru, bentuk umpan balik dpat dimodifikasi sedemikian rupa secara kreatif sesuai dengan kondisi kelas yang diajarkannya.

  • Melakukan komunikasi pengetahuan
Maksudnya, bagaimana guru melakukan transfer ataas pengetahuan yang dimiliki kepada siswanya, dan melakukan komunikasi dengan baik. Pada tingkat yang minimal, guru seharusnya menguasai secara utuh terhadap mata pelajaran yang diasuhnya. Guru tidak memiliki pengetahuan yang memadai terhadap mata pelajaran yang diajarkan, akan kehilangan kewibaan dimata para siswanya.

  • Guru sebagai model dalam bvidang study yang diajarkannya
Artinya, guru merupakan suri teladan, contoh nyata, atau model yang dikehendaki oleh mata pelajaran yang diajarkannya tersebut.

2. Peranan Guru Dalam Proses Pembelajaran
            Ada beberapa peranan guru dalam proses pembelajaran.
Pertama, guru sebagai demonstrator.
Dengan peranannya sebagai demonstrator atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya. Dengan terus belajar, diharapkan akan tercipta siswa yang unggul. Menurut The Liang Gie, karakteristik siswa yang unggul ada tiga, yaitu gairah belajar yang mantap, semangat maju yang menyala dalam menuntut ilmu dan kerajinanmengusahakan studi sepanjang waktu ( The Liang Gie, 2002 )

Kedua, guru sebagai pengelola kelas
Tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil belajar yang baik.

Ketiga, guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Sebagai mediator, guru menjadi perantara hubungan antar manusia. Dalam konteks kepentingan ini, guru harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi.

Keempat, guru sebagai evaluator         
Fungsi ini dimaksudkan agar guru mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai atau belum, dan apakah materi yang sudah diajarkan sudah cukup tepat. Dengan melakukan penilaian guru akan dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran serta keefektifan metode mengajar.

C. Kriteria Guru Dalam Mengoptimalkan Perkembangan Peserta Didik
1. Mengetahui Gaya Belajar Peserta Didik
Siswa sangat beragam dalam hal gaya pembelajaran,yaitu pendekatan pembelajaran yang paling baik bagi mereka. Perbedaan ini juga kecenderungan gaya pembelajaran atau gaya kognitif. National task Force on Learning Style and Brain Behavior menyatakan bahwa “ pola yang konsisten  tentang perilaku dan kinerja yang digunakan individu untuk melakukan pendekatan terhadapa pengalaman pendidikan. Ini adalah gabungan dari perilaku kognitif, afektif dan psikologis karakteristik yang berfungsi sebagai indicator yang relatif  tentang cara seorang pembelajar menerima, berinteraksi, dan merespon lingkungan pembelajaran. “ ( dikutip dalam bennet, 1990, h.94 )
Beberapa orang lebih cepat memepelajari hal-hal yang didengarnya, orang lain lebih cepat belajar ketika mereka melihat materi tertulis. bebrapa membutuhksn banyak struktur; ada pula yang paling baik ketika mandiri dan mengikuti keinginan sendiri. Beberapa membutuhkan kesunyian untuk dapat berkonsentrasi; lainnya belajar dengan baik dalam lingkungan yang aktif dan ramai. Pengetahuan tentang gaya belajar siswa membantu  membuat pengajaran individual dan memotivasi siswa.

2. Mampu Membangun Iklim Pembelajaran yang Inspiratif
Dalam usaha untuk menciptakan iklim pembelajaran yang inspiratif, aspek paling  utama yang harus diperhatikan oleh guru adalah bagaimana guru mampu untuk menarik dan mendorong minat siswa untuk senang dan menyukai pelajaran. Rasa senang terhadap pelajaran akan menjadi modal penting dalam diri siswa untuk menekuni dan menggeluti pelajaran secara lebih optimal. Siswa akan bergairah dan senantiasa penuh semangat dalam belajar. Salah ssatu usaha penting yang dapat dilakukan untuk membangkitkan semangat belajar adalah mendesain pembelajaran dalam suasana yang menyenangkan.

     3. Mampu Membangun Kelas Yang Peduli
Kelas yang peduli akan menciptakan iklim kelas yang positif yang membuat dinamika kelas yang kompleks sehingga Guru dan siswa menjadi kelompok yang terpadu, produktif dan saling mendukung. Dalam upaya untuk  mengembvangkan kemampuan ini, ingatlah semangat yang tulus akan kepedulian adalah inti dari pembelajaran yang efektif. “ pedagogi yang peduli dapat menciptakan atau mengembalikan kepercayaan diri yang dibutuhkan  untuk ikut sertadalam kesempatan belajar yang positif dalam kelas. Pedagogi tersebut juga dapat membantu membentuk landasan moral warga yang bertanggung jawab, keanggotaan & kepemimpinan komunitas yang produktif, serta keterlibatan seumur hidup dalam pembelajaran “ (paul & Colluci, 2000, h. 45)
Cara membangun kelas yang peduli adalah seorang guru dapat mendemonstrasikan kepedulian melalui upaya untuk membantu seluruh siswa belajar sampai potensi sepenuhnya. Guru dapat belajar sebanyak mungkin dari kemampuan siswa dan hal-hal yang dapat memotivasi mereka untuk melakukan yang terbaik. “Guru yang efektif mengetahui seluruh siswanya dengan baik“ (Harris Interactive, 2001.). Selain itu guru juga dpat membuat kelas menjadi tempat yang hangat untuk para peserta didik, orang tua / wali siswa.

4.  Memiliki Orientasi Jauh Lebih Luas
Guru yang memiliki orientasi jauh lebih luas adalah guru yang inspiratif. Guru inspiratif tidak hanya terpaku pada kurikulum, tetapi juga memiliki orientasi yang jauh lebih luas dalam mengembangkan potensi dan potensi para peserta didik. Dunia memerlukan keduanya, seperti kita memadukan validitas internal (dijaga oleh kurikulum) dan validitas eksternal (yang dikuasai oleh guru inspiratif) dalam penjelajahan ilmu pengetahuan. Guru yang inspiratif tidak hanya menekankan validitas internal yang bertumpu pada kurikulum, tetapi juga bagaimana konstektualisasinya dalam validitas eksternal yang berupa beraneka sikap dan pandangan serta jiwa yang kukuh dalam memandang dan menghadapi setiap persoalan dan kehidupan yang kompleks. Guru yang inspiratif  adalah guru yang mampu melahirkan peserta didik yang tangguh dan siap mengahdapi aneka tantangan dan perubahan yang hebat sekalipun.
D. Komponen Kinerja Profesional Guru
1. Gaya Mengajar
Menurut Donald Medley gaya mengajar guru merujuk pada kemampuan guru untuk menciptakan iklim kelas. Sementara ahli lain menggambarkan gaya mengajar itu sebagai (1) aspek ekspresif mengajar, yang menyangkut karakteristik hubungan emosional antara guru-siswa, seperti hangat atau dingin; dan (2) aspek instrumental mengajar, yang menyangkut bagaimana guru memberikan tugas- tugas, mengelola belajar, dan merancang aturan-aturan kelas (Ornstein, 1990)

2. Kemampuan Berinteraksi Dengan Siswa  
Kemampuan guru berinteraksi dengan siswa dimanifestasikan melalui :
a.  Komunikasi Verbal
     Dalam study klasik, interaksi antara guru, antara guru dan siswa dianalasis melalui perilaku bahasa (linguistic behavior) guru dan siswa di dalam kelas. Kegiatan di dalam kelas pada umumnya didominasi oleh interaksi (verbal) antara guru dan siswa.  Atentang komunikasrno Bellack , dalam penelitiannya tentang komunikasi dalam mengajar di kelas, mengklasifikasikan perilaku verbal (verbal behaviors) dasar, yang dinamai juga dengan “moves” ke dalam empat jenis, yaitu sebagai berikut :
·   Structuring moves yang terkait dengan interaksi permulaan antara guru dan siswa, seperti mengenalkan tentang topic dari materi pelajaran yang akan dibahas atau didiskusikan
·  Soliciting moves  yang dirancang untuk merangsang respons verbal atau fisik. Seperti guru mengajukan pertanyaan tentang suatu topic tertentu dalam rangka mendorong siswa untuk meresponnya.
·     Responding moves yang terjadi setelah soliciting moves
·    Reacting moves yang berfungsi untuk memodifikasi,  mengklasifikasi atau menilai ketiga “ moves “ atau tingkah laku di atas.

     b.  Komunikasi Non – Verbal
    Menurut Miles Patterson, komunikasi atau perilaku nonverbal di dalam kelas terkait dengan lima fungsi guru yaitu (1) providing information, atau mengelaborasi pernyataan verbal (2) regulating interactions, seperti menuunjuk seseorang (3) expressing intimacy or liking, seperti member senyuman atau menepuk bahu siswa (4) exercising social control, memperkuat aturan kelas dengan mendekati atau mengambil jarak (5) facilitating goals, menampilkan suatu ketrampilan yang memerlukan aktivitas motorik atau gesture
    Galloway mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal guru dipandang sebagai perilaku yang mendorong atau membatasi siswa. Ekspresi muka, gesture, dan gerakan badab guru memberikan penaruh kepada partisipasi dan penampilan siswa di kelas.

3. Karakteristik Pribadi
    Ryans mengklasifikasikan karakteristik guru ke dalam 4 klster dimensi guru yaitu :
·      Kreatif  : guru yang kreatif  bersifat imajinatif , senang bereksperimen dan orisinal; sedangkan yang tidak kreatif bersifat rutin, bersifat eksak dan berhati-hati
·      Dinamis : guru yang dinamis bersifat energetic dan extrovert, sedangkan yang tidak dinamis bersifat pasif, menghindar dan menyerah
·      Teroganisasi : guru bersifat sadar akan tujuan, pandai mencari pemecahan masalah; sedangkan yang tidak terorganisasi bersifat kurang sadar akan tujuan, tidak memiliki kemampuan mengontrol
·      Kehangatan : guru yang memiliki kehangatan bersifat pandai bergaul, ramah, sabar  sedangkan yang dingin bersifat tidak bersahabat, sikap bermusuhan dan tidak sabar.

FILSAFAT PENDIDIKAN, TUJUAN PENDIDIKAN, DAN KURIKULUM

A. TENTANG FILSAFAT.
     Filsafat dalam kehidupan manusia merupakan sesuatu yang tak terpisahkan. Hal itu bukan saja disebabkan sejarahnya yang panjang, melainkan juga karena ajaran filsafat telah menguasai kehidupan manusia masa kini, dan bahkan telah menjangkau masa depan dalam bentuk bentuk idiologi. Pengertian filsafat itu sendiri sulit didefinisikan apalagi karena ia bersifat abstrak. Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani Filos dan Sofia yang berarti “ Cinta Kebijaksanaan “ atau “ Belajar “. Dewasa ini kata filsafat kini mengandung dua pengertian, yaitu : (1). Filsafat sebagai aktivitas pikiran murni ; kegiatan akal manusia dalam usaha untuk mengerti secara mendalam tentang segala sesuatu. Jadi pengertian filsafat disini adalahberfilsafat. Ia merupakan suatu daya pikir manusia yang bertingkat tinggi atau bahkan tertinggi. (2). Filsafat sebagai produk kegiatan berfikir murni manusia. Filsafat sebagai suatu wujud ilmu sebagai hasil pemikiran dan penyelidikan kegiatan berfilsafat tersebut. Dengan demikian filsafat dalam arti ini adalah sebagai bentuk perbendaharaan yang terorganisasi yang memiliki sistematika tertentu. Filsafat merupakan suatu ilmu yang tertua yang mendahului ilmu-ilmu pengetahuan yang lain. Pada dasarnya sebagaian besar ilmu dewasa ini berasal dari filsafat. Filsafat merupakan suatu lapangan pemikiran dan penyelidikan manusia yang amat luas. Filsafat menjangkau semua persoalan dalam daya pikir manusia, ia mencoba mengerti, menganalisis, menilai, dan menyimpulkan semua persoalan dalam menjangkau pemikiran manusia secara kritis dan mendalam. ia akan melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang hakiki walau juga bersifat relatif dan subjektif . Ajaran filsafat yang kemudian dijadikan pandangan hidup suatu bangsa didunia ini dapat disebutkan kapitalis, sosialis, komunisme, pancasila dan sebagainya. Tiap ideologi itu masing-masing mengandung sistem nilai yang berisi pandangan tentang baik-buruk, benar-salah apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindarkan . pendeknya ia merupakan sumber hukum yang berlaku. Sistem nilai itu merupakan sesuatu yang telah diyakini betul kebenarannya oleh suatu bangsa. Oleh karena itu terdapat perbedaan pandangan hidup antara tiap bangsa, maka apa yang dianggap dan diyakini kebenarannya oleh suatu bangsa belum tentu diperlukan sama oleh bangsa lain. Seperti dikemukan diatas , adanya perbedaan ajaran filsafat disebabkan adanya nilai relatif dan subyektif manusia . dilihat dari segi ini sebenarnya adanya perbedaan pendapat itu tidak disebabkan oleh maksud buruk manusia , melainkan suatu manisfestasi hasrat kreatif untuk menyumbangkan perbendaharaan kultural bagi kesejahteraan umat manusia. B. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN. Pengertian filsafat pendidikan secara sederhana sudah dapat dimengerti dari namanya sendiri, yaitu filsafat yang dijadikan dasar pandangan bagi pelaksanaan pendidikan. Akan tetapi persoalan sesungguhnya tidaklah sesederhana itu. Pengertian filsafat sebagai ilmu yang paling komprehensif, dan pengertian pendidikan sebagai ilmu dan lembaga pembinaan manusia sedemikian luas lingkup dan permasalahannya. Pandangan hidup yang telah diyakini kebenarannya oleh suatu bangsa biasanya diwariskan kepada generasi berikutnya. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga kelestarian kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sarana yang paling praktis dan efektif untuk mewariskan ide-ide filsafat kepada generasi penerus bangsa adalah melalui pendidikan. Dalam hal ini tiap filsafat negara berarti pula dasar filsafat pendidikan bangsa itu. Karena pendidikan adalah lembaga yang melaksanakan pembinaan manusia baik sebagai warga negaramaupun sebagai pribadi. Pendidikan harus mampu melaksanakan tugas mengamankan dan mewariskan secara konsekuen nilai-nilai filsafat bangsa dan negara demi kelangsungan hidup dan eksistensi bangsa itu . setiap bangsa yang melaksanakan aktivitas pendidikan secara prinsipal adalah untuk membina nilai-nilai filosofis bangsa itu , setelah itu barulah dimaksudkan untuk membina aspek-aspek pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang lain. Bidang ilmu pendidikan dengan segala cabangnya merupakan landasan ilmiah bagi pelaksanaan pendidikan yang terus berkembang secara dinamis dan terus menerus. Filsafat pendidikan sesuai dengan peranannya merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan dan pelaksanaan pendidikan. Kedua hal tersebut harus menjadi pengetahuan dasar bagi setiap pelaksana pendidikan. Aktivitas pendidikan pada hakekatnya adalah membantu manusia untuk mencapai kedewasaan dan kematangan. Potensi manusia yang paling alamiah adalah tumbuh dan berkembang untuk menuju kedua hal itu. Akan tetapi kita melihat kenyataan bahwa tidak semua manusia dapat berkembang sebagaimana yang diharapkan. Timbulah berbagai pemikiran tentang adanya hal-hal yang mempengaruhi proses kedewasaan dan kematangan tersebut, seperti ada tokoh yang mengatakan bahwa perkembangan manusia mutlak ditentukan oleh faktor (Nativis), sebaliknya ada tokoh yang mengatakan bahwa pengaruh mutlak berasal dari lingkungan atau pendidikan (Empiris), dan ada pendapat yang mengabungkan antara bakat dan pendidikan (Konvergensi). Dari pembicaraan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam filsafat pendidikan terkandung nilai-nilai, cita-cita, gambaran tentang tingkah laku individu atau masyarakat yang diharapkan. Hal itu mempunyai dampak bagi seorang pendidik sebagai pelaksana pendidikan. Seorang pendidik harus memiliki “Filsafat” yang sistematis-logis, dan menyakini betul nilai-nilai yang menjadi pandangan hidup bangsa. Cara berpikir, berperasaan, bersikap, dan bertingkah laku harus dapat mencerminkan atau merupakan manifestasi gambaran tentang masyarakat yang diharapkan terwujud. Hal itu disebabkan tugas guru yang harus membantu mengarahkan anak-anak untuk membentuk filsafat hidupnya yang sehat yang mencerminkan isi filsafat pendidikan, yaitu Pancasila. C. FUNGSI FILSAFAT PENDIDIKAN Antara filsafat dan pendidikan terdapat suatu pertalian yang tak terpisahkan. Peranan filsafat pendidikan adalah sebagai pendorong dilakukannya aktivitas pendidikan. Filsafat berperanan menetapkan ide-ide, nilai-nilai, cita-cita, sedang pendidikan bertugas merealisasikan ide-ide dalam ajaran filsafat tersebut menjadi kenyataan dalam bentuk tingkah laku dan kepribadian. Dengan demikian , filsafat pendidikan dijadikan dasar orientasi kegiatan sistem pendidikan, dijadikan arah dan tujuan kegiatan pendidikan yang dijalankan. Dalam Modern Philosophies Of Education (1962), Brubarcher mengemukakan fungsi-fungsi filsafat pendidikan dalam empat kategori sebagai berikut : (1) Fungsi Spekulatif : Filsapat pendidikan berusaha mengerti keseluruhan persoalan pendidikan dan mencoba merumuskan dalam satu gambaran pokok sebagai pelengkap bagi data-datayang telah ada dari segi ilmiah. iA berusaha mengerti segala persoalan pendidikan dan hubungannya dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pendidikan. (2) Fungsi Normatif : Filsafat pendidikan menentukan arah dan maksud pendidikan. Azas ini tersimpul dalam tujuan pendidikan , yaitu macam atau keadaan masyarakat seperti apa yang secara ideal diharapkan khususnya yang berkaitan dengan norma-norma moral. Filsafat pendidikan memberikan norma-norma dan pertimbangan-pertimbangan bagi kenyataan-kenyataan normatif ilmiah. (3) Fungsi Kritik : Filsafat pendidikan memberikan dasar bagi pengertian kritis dan rasional dalam mempertimbangkan dan menafsirkan data-data ilmiah. misalnya, data pengukuran analisis evaluasi baik kepribadian maupun prestasi , bagaimana menetapkan klasifikasi prestasi itu secara tepat dengan data-data objektif. Disamping itu, ia juga menetapkan asumsi dan hipotesis yang lebih masuk akal. (4) Fungsi Teoritis : Semua ide, konsepsi, analisis dan kesimpulan filsafat pendidikan adalah berfungsi teoritis. Pada giliran selanjutnya, teori itu dapat dijadikan dasar pijakan bagi pelaksanaan pendidikan. Filsafat pendidikan memberikan prinsif-prinsif umum bagi suatu kegiatan praktik khususnya praktik dalam dunia pendidikan. D. TUJUAN PENDIDIKAN DAN TUJUAN KURIKULUM. Tujuan pendidikan terdiri dari dua jenis tujuan, yakni tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan yang secara bertingkat mendasari tujuan pendidikan institusional, tujuan kurikuler dan tujuan instruksional. 1) Tujuan Pendidikan Nasional merupakan tujuan pendidikan yang didasarkan pada falsafah negara yaitu Pancasila bersifat umum dan luas yang hendak dicapai dalam jangka waktu yang lama (Jangka Panjang) yang merupakan dasar bagi tujuan pendidikan di Indonesia, karena tujuan ini merupakan tujuan akhir dalam pendidikan. Tujuan nasional merupakan landasan bagi semua tujuan pendidikan dari semua institusi pendidikan, baik pendidikan formal, informal maupun non formal. Karena tujuan pendidikan nasional ini dijadikan pedoman bagi semua kegiatan pendidikan dan lembaga-lembaga pendidikan di negara kita, maka perumusan tujuan tersebut haruslah disusun oleh suatu lembaga yang berfungsi menggariskan kebijaksanaan-kebijaksanaan pada tingkat nasional, yakni Majelis Permusyawaratan Rakyat, yang mewakili semua aspirasi, keinginan dan cita-cita masyarakat dan bangsa secara keseluruhan. 2) Tujuan Pendidikan Kelembagaan atau tujuan Institusional. Setiap lembaga pendidikan memiliki tujuannya sendiri yang berbeda satu sama lainnya sesuai dengan fungsi lembaga pendidikan bersangkutan. Dalam tujuan ini terkandung rumusan yang bersifat umum yang mengambarkan kualifikasi umum lulusan setiap lembaga pendidikan. Perumusan Tujuan-tujuan institusional berpedoman pada tujuan pendidikan nasional, sehingga menjadi pedoman dalam penyusunan program mengajar dan belajar disekolah tersebut. 3) Tujuan Kurikuler. Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang pencapaiannya dibebankan kepada program suatu bidang pelajaran . perumusan suatu tujuan-tujuan kurikuler ini didasarkan kepada tujuan institusional, sehingga pelajaran untuk bidang pelajaran bersangkutan betul-betul singkron dengan tujuan umum pendidikan. Tujuan ini tertuang dalam GBPP tiap bidang studi. Citra terhadap tujuan kurikuler ini adalah terbentuknya siswa yang berkepribadian , berilmu pengetahuan dan berketrampilan dalam berbagai macam mata pelajaran. Penanggung jawab terhadap tujuan kurikuler ini adalah guru bidang studi. 4) Tujuan Intruksional Tujuan kurikuler tiap bidang studi biasanya masih cukup komplek dan abstrak, maka kemudian ia dijabarkan lagi menjadi tujuan-tujuan yang lebih kongkret dan operasional. Tujuan yang dimaksud adalah tujuan Intruksional yaitu tujuan yang pencapaiannya dibebankan kepada tiap pokok bahasan yang terdapat dalam tiap bidang studi. Tujuan Intruksional inilah yang lazim disebut sebagai tujuan pengajaran karena pencapaian tujuan itu langsung dapat diketahui pada setiap kegiatan pengajaran yang dilakukan. Secara struktural tujuan instruksional dibawahi langsung oleh tujuan kurikuler. Citra yang ingin dicapai dari tujuan instruksional adalah siswa dapat mengembangkan kepribadian, kemampuan berpikir dan ketrampilan dalam hal-hal yang sedang dipelajari. Perumusan tujuan instruksional ini umunya masih belum operasional, maka dalam pelaksanaan pengajaran disekolah ia masih dijabarkan menjadi tujuan yang benar-benar operasional yang disebut dengan tujuan instruksional Khusus. Tujuan inilah yang paling konkrit dan hasilnya langsung dapat diukur dengan tingkah laku yang operasional. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang bersifat seutuhnya, kurikulum harus mampu menjalankan fungsi mengikat tujuan-tujuan instruksional yang telah dicapai siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian pada diri siswa diharapkan terbentuk menjadi seseorang yang dapat dideskripsikan baik oleh tujuan kurikuler, tujuan institusional maupun tujuan nasional. MANFAAT TUJUAN. Kegiatan apapun yang dilakukan agar tidak kehilangan arah dan pegangan harus mempunyai tujuan yang jelas . tujuan-tujuan yang telah ditentukan itulah yang harus dijadikan dasar orientasi atau acuan dalam pencapaian tujuan tersebut. Dalam usaha pengembangan kurikulum sekolah kitapun harus medasarkan diri pada tujuan yang berisi gambaran keluaran pendidikan yang diharapkan. Oleh karena itu, masalah tujuan itu termasuk dalam kerangka perencanaan dan penilaian dalam pengembangan kurikulum sekolah dan pengajaran. Kurikulum atau pengajaran tanpa tujuan diibaratkan akan memulai perjalanan tanpa atau bahkan tanpa mempunyai arah. Peranan atau manfaat tujuan dalam kegiatan pengembangan kurikulum disekolah dapat disebutkan sebagai berikut : 1) Tujuan akan menjadi pengangan atau membimbing para pengembang kurikulum dalam mendesain materi pelajaran pada kurikulum yang baru yang dirasa lebih efektif (Davies : 73, Pratt : 145). 2) Tujuan sebagai sarana untuk memberikan , mengajarkan atau mewariskan nilai-nilai , yaitu yang berisi pandangan hidup bangsa yang diyakini betul kebenarannya kepada anak didik. 3) Tujaun akan memberikan pegangan bagi guru sebagai pelaksana kegiatan pengajaran untuk mengkreasikan pengalaman-pengalaman belajar. 4) Tujuan memberikan informasi kepada siswa tentang apa yang diharapkan dari kegiatan belajar mereka, atau tentang apa yang harus dipelajari. 5) Tujuan memungkinkan orang melakukan evaluasi terhadap keberhasilan program kegitan (Belajat mengajar) yang telah dilakukan. 6) Tujuan akan memungkinkan masyarakat mengetahui secara pasti tentang apa yang akan dicapai (atau misi) oleh suatu sekolah. F. KRITERIA TUJUAN KURIKULUM. Kurikulum sekolah yang disusun bagaimanapun juga dimaksudkan agar dapat dilaksanakan dengan efektip dan efisien, karena tujuan merupakan faktor yang menetukan , penyusunan tujuan-tujuan itu harus benar-benar dipertimbangkan dengan cermat yaitu melalui suatu kriteria-kriteria dalam penyusunan kurikulum yaitu : 1)Tujuan harus selalu konsisten dengan tujuan tingkat atasnya. Tujuan yang bersifat penjabaran dari suatu tujuan yang lebih tinggi jenjangnya harus sesuai dengan atau tidak bertentangan dengan hal-hal yang diisyaratkan oleh tujuan tersebut. 2)Tujuan harus tepat, seksama, dan teliti. Tujuan hanya berguna jika dirumuskan secara teliti dan tepat sehinggan memungkinkan orang mempunyai kesamaan pengertian terhadapnya. 3)Tujuan harus diiddentifikasikan secara spesifik yang mengambarkan keluaran belajar yang dimaksudkan. Tujuan harus menunjukan secara jelas tentang apa yang akan dicapai setelah melaksanakan suatu kegiatn belajar. 4)Tujuan bersifat Relevan. Tujuan harus mempunyai relevansi baik terhadap kemampuan personal maupun pada kemampuan sosial. 5)Tujuan Harus mempunyai kemungkinan untuk dicapai. Tujuan yang dirumuskan harus memungkinkan orang , pelaksana kurikulum untuk mencapainya sesuai dengan kemampuan yang ada. 6)Tujuan Harus memenuhi kriteria kepantasan. Tujuan ini yaitu menyarankan pada kegiatan memilih tujuan yang dianggap lebih memiliki potensi, bersifat mendidik, dan lebih bernilai dari tujuan-tujuan yang lain.