Ada beberapa julukan yang diberikan
kepada guru salah satunya adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Julukan ini
mengindikasikan betapa besarnya peran dan jasa guru sehingga guru disebut
sebagai pahlawan. Guru merupakan sosok penting yang cukup menentukan
dalam proses pembelajaran. Walaupun sekarang telah ada sumber belajar
alternatif yang lebih kaya, seperti buku, majalah, internet maupun sumber
belajar lainnya, guru tetap menjadi kunci untuk mengoptimalisasikan
sumber-sumber belajar yang ada.
Dengan tugas dan peran semacam ini,
guru atau pendidik merupakan sosok yang seharusnya mempunyai banyak ilmu, mau
mengamalkan dengan sungguh-sungguh ilmunya tersebut dalam proses pembelajaran
dalam makna yang lebih luas, toleran, dan senantiasa menjadikan siswanya
memiliki kehidupan yang lebih baik. Secara prinsip mereka yang disebut guru
bukan hanya mereka yang memiliki kualifikasi guru secara formal yang diperoleh
melalui jenjang pendidikan, tetapi yang terpenting adalah mereka yang mempunyai
potensi keilmuwan tertentu dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam area
kognitif, afektif dan psikomotor. Pandai kognitif menjadikan siswa cerdas dalam
aspek intelektualitasnya, pandai afektif menjadikan siswa mempunyai sikap
dan perilaku yang sopan dan pandai psikomotorik menjadikan siswa terampil dalam
melaksanakan aktivitas secara efektif dan efisien, serta tepat guna.
Untuk memperoleh keberhasilan dalam
pembelajaran yang mengarahkan dan mengoptimalkan para peserta didik, guru
hendaknya harus memiliki kompetensi profesionalitas yang menunjang profesinya
sebagai pendidik. Penyelidikan professional memungkinkan guru memenuhi banyak
tantangan yang tidak diduga yang merupakan bagian dari mengajar di sekolah saat
ini.
Di sinilah letak pentingnya peranan
seorang guru. Sehingga bukan hal yang terlalu berlebihan jika ada penilaian
bahwa berhasil atau tidaknya proses pendidikan tergantung pada peranan guru.
Walapaun peranannya sangat menentukan, namun harus disadari bahwa guru bukan
satu-satunya penentu keberhasilan atau kegagalan pembelajaran. Keberhasilan
atau kegagalan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu sama
lain. oleh karena itu, guru harus menghindari sikap merasa sebagai pihak paling
berjasa dan paling mementukan keberhasilan pembelajaran.
A. Hal-hal yang perlu diketahui oleh guru
Merumuskan apa-apa yang perlu
diketahui oleh guru bukanlah pekerjaan yang mudah. Beberapa guru yang handal,
sangatlah kharismatik, sementara ada juga guru handal yang menyebalkan, ada
banyak guru yang efektif yang bersifat emosional, namun banyak pula yang sabar.
Banyak guru efektif yang bersifat keras, namun banyak pula yang bersifat lembut
terhadap siswa. Jadi, para profesional dapat memiliki sifat yang beragam
meskipun mereka semua dianggap sebagai profesional yang handal. Ada hal-hal
yang berlaku umum yang harus dimiliki guru yang diyakini dapat mempercepat
proses belajar mengajar.
Guru yang efektif, harus memiliki
tiga jenis pengetahuan agar mereka dapat mengajar para siswanya dengan
baik. Ketiga jenis pengetahuan tersebut adalah :
1. Pengetahuan tentang pembelajar dan bagaimana mereka belajar dan
berkembang dalam konteks sosial.
2. Pemahaman
tentang mata pelajaran yang diajarkan dan keterampilan yang berkaitan dengan
tujuan sosial pendidikan.
3. Pemahaman
tentang pengajaran yang berkaitan dengan materi ajar dan siswa yang diajar,
sebagaimana yang diindikasikan dari hasil penilaian dan yang didukung oleh
suasana kelas yang produktif.
Sebagai orang yang profesional, para
guru memiliki komitmen untuk belajar apa yang mereka perlu ketahui agar para
siswa yang diajarkannya berhasil. Visi seorang guru yang profesional harus
menciptakan sinergi antara pengajaran dengan pembelajaran siswa dan
mensyaratkan agar guru dapat menunjukan hasil pembelajaran siswa. Visi guru
yang profesional juga mengharuskan guru benar-benar memahami apa yang dimaksud
dengan mendidik siswa di alam demokrasi, sehingga, sebagai warga negara mereka
dapat berpartisipasi penuh dalam bidang politik, sosial, dan ekonomi.
B. Peran
Guru dalam Proses Belajar Mengajar
1.
Guru Dalam Proses Belajar Mengajar
“Guru yang
bermutu memungkinkan siswanya untuk tidak hanya dapat mencapai standar nilai
akademik secara nasional, tetapi juga mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang
penting untuk belajar selama hidup mereka.” (Elaine B. Johnson)
Mengajar
sifatnya sangat kompleks, karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan
didaktris secara bersamaan. Aspek pedagogis menunjuk pada kenyataan bahwa
mengajar di sekolah berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan. Oleh karena
itu, guru harus mendampingi para siswanya menuju kesuksesan belajar atau
kedewasaan. Aspek Psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa para siswa yang
belajar pada umumnya, memiliki taraf perkembangan yang berbeda satu dengan
lainnya, sehingga menuntut materi, metode, dan pendekatan yang berbeda antara
satu siswa dengan siswa lainnya. Demikian pula halnya dengan kondisi para
siswa, kompetensi, dan tujuan yang harus mereka capai juga berbeda. Selain itu,
aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa proses belajar itu mengandung
variasi. Cara penangkapan siswa terhadap materi pembelajaran tidak sama. Cara
belajar juga beragam.
Menurut
Imam Al-Ghazali, kewajiban yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik adalah
sebagai berikut :
- Harus menaruh kasih sayang terhadap anak didik, dan memperlakukan mereka seperti perlakuan anak sendiri.
- Tidak mengharapkan balas jasa atau ucapan terima kasih. Melaksanakan tugas mengajar bermaksud untuk mencari keridhoan dan mendekatkan diri pada Tuhan.
- Memberikan nasihat pada anak didik pada setiap kesempatan.
- Mencegah anak didik dari suatu akhlak yang tidak baik.
- Berbicara pada anak didik sesuai dengan bahasa dan kemampuan mereka.
Dalam kaitannya dengan proses
pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru agar
mencapai hasil maksimal.
· Membuat
perencanaan pembelajaran
Adanya perencanaan, membuat guru
memiliki kerangka dasar dan orientasi yang lebih konkrit dalam pencapaian
tujuan. Perencanaan pembelajaran mencakup:
- Tujuan yang hendak dicapai
- Bahan pelajaran yang dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan
- Bagaimana proses pembelajaran yang akan diciptakan untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien
- Bagaimana menciptakan dan menggunakan alat untuk mengetahui atau mengukur tujuan tercapai atau tidak.
·
Melaksanakan pembelajaran dengan
baik
Pelaksaan pembelajaranseharusnya
mengacu kepada perencanaan, namun demikian, seringkali perencanaan tidak dapat
dilaksanakan scara maksimal. Guru yang baik, akan selalu melaksanakan evaluasi
mengenai bagaimana proses pemblajaran yang telah dilakukan ; apakah sudah baik
ataukah masih banyak kekurangan. Dengan demikian, pelaksanaan
pembelajaran akan semakin bermutu.
·
Memberikan feedback (umpan balik)
Adanya umpan balik berfungsi sebagai
sarana untuk membantu memelihara minat dan antusiasme siswa dalam melaksanakan
pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan melalui evaluasi. Bagi guru, bentuk umpan
balik dpat dimodifikasi sedemikian rupa secara kreatif sesuai dengan kondisi
kelas yang diajarkannya.
- Melakukan komunikasi pengetahuan
Maksudnya, bagaimana guru melakukan
transfer ataas pengetahuan yang dimiliki kepada siswanya, dan melakukan
komunikasi dengan baik. Pada tingkat yang minimal, guru seharusnya menguasai
secara utuh terhadap mata pelajaran yang diasuhnya. Guru tidak memiliki
pengetahuan yang memadai terhadap mata pelajaran yang diajarkan, akan
kehilangan kewibaan dimata para siswanya.
- Guru sebagai model dalam bvidang study yang diajarkannya
Artinya, guru merupakan suri
teladan, contoh nyata, atau model yang dikehendaki oleh mata pelajaran yang
diajarkannya tersebut.
2. Peranan Guru Dalam Proses
Pembelajaran
Ada beberapa peranan guru dalam proses pembelajaran.
Pertama, guru sebagai demonstrator.
Dengan peranannya sebagai
demonstrator atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau
materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkan dan
meningkatkan kemampuannya. Dengan terus belajar, diharapkan akan tercipta siswa
yang unggul. Menurut The Liang Gie, karakteristik siswa yang unggul ada tiga,
yaitu gairah belajar yang mantap, semangat maju yang menyala dalam menuntut
ilmu dan kerajinanmengusahakan studi sepanjang waktu ( The Liang Gie, 2002 )
Kedua, guru sebagai pengelola kelas
Tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan
dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan
mengajar agar mencapai hasil belajar yang baik.
Ketiga, guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator, guru hendaknya
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, karena
media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses
belajar mengajar. Sebagai mediator, guru menjadi perantara hubungan antar
manusia. Dalam konteks kepentingan ini, guru harus terampil mempergunakan
pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi.
Keempat, guru sebagai
evaluator
Fungsi ini dimaksudkan agar guru
mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai atau belum, dan
apakah materi yang sudah diajarkan sudah cukup tepat. Dengan melakukan
penilaian guru akan dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan
siswa terhadap pelajaran serta keefektifan metode mengajar.
C. Kriteria Guru Dalam Mengoptimalkan Perkembangan
Peserta Didik
1. Mengetahui Gaya Belajar Peserta Didik
Siswa sangat beragam dalam hal gaya
pembelajaran,yaitu pendekatan pembelajaran yang paling baik bagi mereka.
Perbedaan ini juga kecenderungan gaya pembelajaran atau gaya kognitif. National
task Force on Learning Style and Brain Behavior menyatakan bahwa “ pola yang
konsisten tentang perilaku dan kinerja yang digunakan individu untuk
melakukan pendekatan terhadapa pengalaman pendidikan. Ini adalah gabungan dari
perilaku kognitif, afektif dan psikologis karakteristik yang berfungsi sebagai
indicator yang relatif tentang cara seorang pembelajar menerima,
berinteraksi, dan merespon lingkungan pembelajaran. “ ( dikutip dalam bennet,
1990, h.94 )
Beberapa orang lebih cepat
memepelajari hal-hal yang didengarnya, orang lain lebih cepat belajar ketika
mereka melihat materi tertulis. bebrapa membutuhksn banyak struktur; ada pula
yang paling baik ketika mandiri dan mengikuti keinginan sendiri. Beberapa
membutuhkan kesunyian untuk dapat berkonsentrasi; lainnya belajar dengan baik
dalam lingkungan yang aktif dan ramai. Pengetahuan tentang gaya belajar siswa
membantu membuat pengajaran individual dan memotivasi siswa.
2. Mampu Membangun Iklim Pembelajaran yang Inspiratif
Dalam usaha untuk menciptakan iklim
pembelajaran yang inspiratif, aspek paling utama yang harus diperhatikan
oleh guru adalah bagaimana guru mampu untuk menarik dan mendorong minat siswa
untuk senang dan menyukai pelajaran. Rasa senang terhadap pelajaran akan
menjadi modal penting dalam diri siswa untuk menekuni dan menggeluti pelajaran
secara lebih optimal. Siswa akan bergairah dan senantiasa penuh semangat dalam
belajar. Salah ssatu usaha penting yang dapat dilakukan untuk membangkitkan
semangat belajar adalah mendesain pembelajaran dalam suasana yang menyenangkan.
3. Mampu Membangun Kelas Yang Peduli
Kelas yang peduli akan menciptakan
iklim kelas yang positif yang membuat dinamika kelas yang kompleks sehingga
Guru dan siswa menjadi kelompok yang terpadu, produktif dan saling mendukung.
Dalam upaya untuk mengembvangkan kemampuan ini, ingatlah semangat yang
tulus akan kepedulian adalah inti dari pembelajaran yang efektif. “ pedagogi
yang peduli dapat menciptakan atau mengembalikan kepercayaan diri yang
dibutuhkan untuk ikut sertadalam kesempatan belajar yang positif dalam
kelas. Pedagogi tersebut juga dapat membantu membentuk landasan moral warga
yang bertanggung jawab, keanggotaan & kepemimpinan komunitas yang
produktif, serta keterlibatan seumur hidup dalam pembelajaran “ (paul &
Colluci, 2000, h. 45)
Cara membangun kelas yang peduli
adalah seorang guru dapat mendemonstrasikan kepedulian melalui upaya untuk
membantu seluruh siswa belajar sampai potensi sepenuhnya. Guru dapat belajar
sebanyak mungkin dari kemampuan siswa dan hal-hal yang dapat memotivasi mereka
untuk melakukan yang terbaik. “Guru yang efektif mengetahui seluruh siswanya
dengan baik“ (Harris Interactive, 2001.). Selain itu guru juga dpat membuat
kelas menjadi tempat yang hangat untuk para peserta didik, orang tua / wali
siswa.
4. Memiliki Orientasi Jauh Lebih Luas
Guru yang memiliki orientasi jauh
lebih luas adalah guru yang inspiratif. Guru inspiratif tidak hanya terpaku
pada kurikulum, tetapi juga memiliki orientasi yang jauh lebih luas dalam
mengembangkan potensi dan potensi para peserta didik. Dunia memerlukan
keduanya, seperti kita memadukan validitas internal (dijaga oleh kurikulum) dan
validitas eksternal (yang dikuasai oleh guru inspiratif) dalam penjelajahan
ilmu pengetahuan. Guru yang inspiratif tidak hanya menekankan validitas
internal yang bertumpu pada kurikulum, tetapi juga bagaimana
konstektualisasinya dalam validitas eksternal yang berupa beraneka sikap dan
pandangan serta jiwa yang kukuh dalam memandang dan menghadapi setiap persoalan
dan kehidupan yang kompleks. Guru yang inspiratif adalah guru yang mampu
melahirkan peserta didik yang tangguh dan siap mengahdapi aneka tantangan dan
perubahan yang hebat sekalipun.
D. Komponen
Kinerja Profesional Guru
1. Gaya
Mengajar
Menurut
Donald Medley gaya mengajar guru merujuk pada kemampuan guru untuk menciptakan
iklim kelas. Sementara ahli lain menggambarkan gaya mengajar itu sebagai (1)
aspek ekspresif mengajar, yang menyangkut karakteristik hubungan emosional
antara guru-siswa, seperti hangat atau dingin; dan (2) aspek instrumental
mengajar, yang menyangkut bagaimana guru memberikan tugas- tugas, mengelola
belajar, dan merancang aturan-aturan kelas (Ornstein, 1990)
2. Kemampuan
Berinteraksi Dengan Siswa
Kemampuan
guru berinteraksi dengan siswa dimanifestasikan melalui :
a.
Komunikasi Verbal
Dalam study
klasik, interaksi antara guru, antara guru dan siswa dianalasis melalui perilaku
bahasa (linguistic behavior) guru dan siswa di dalam kelas. Kegiatan di dalam
kelas pada umumnya didominasi oleh interaksi (verbal) antara guru dan
siswa. Atentang komunikasrno Bellack , dalam penelitiannya tentang
komunikasi dalam mengajar di kelas, mengklasifikasikan perilaku verbal (verbal
behaviors) dasar, yang dinamai juga dengan “moves” ke dalam empat jenis, yaitu
sebagai berikut :
· Structuring moves yang terkait
dengan interaksi permulaan antara guru dan siswa, seperti mengenalkan tentang
topic dari materi pelajaran yang akan dibahas atau didiskusikan
· Soliciting moves yang
dirancang untuk merangsang respons verbal atau fisik. Seperti guru mengajukan
pertanyaan tentang suatu topic tertentu dalam rangka mendorong siswa untuk
meresponnya.
· Responding moves yang terjadi
setelah soliciting moves
· Reacting moves yang berfungsi untuk
memodifikasi, mengklasifikasi atau menilai ketiga “ moves “ atau tingkah
laku di atas.
b. Komunikasi
Non – Verbal
Menurut Miles
Patterson, komunikasi atau perilaku nonverbal di dalam kelas terkait dengan
lima fungsi guru yaitu (1) providing information, atau mengelaborasi pernyataan
verbal (2) regulating interactions, seperti menuunjuk seseorang (3) expressing
intimacy or liking, seperti member senyuman atau menepuk bahu siswa (4)
exercising social control, memperkuat aturan kelas dengan mendekati atau
mengambil jarak (5) facilitating goals, menampilkan suatu ketrampilan yang
memerlukan aktivitas motorik atau gesture
Galloway
mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal guru dipandang sebagai perilaku yang
mendorong atau membatasi siswa. Ekspresi muka, gesture, dan gerakan badab guru
memberikan penaruh kepada partisipasi dan penampilan siswa di kelas.
3. Karakteristik Pribadi
Ryans
mengklasifikasikan karakteristik guru ke dalam 4 klster dimensi guru yaitu :
· Kreatif : guru yang
kreatif bersifat imajinatif , senang bereksperimen dan orisinal; sedangkan
yang tidak kreatif bersifat rutin, bersifat eksak dan berhati-hati
· Dinamis : guru yang dinamis bersifat
energetic dan extrovert, sedangkan yang tidak dinamis bersifat pasif,
menghindar dan menyerah
· Teroganisasi : guru bersifat sadar
akan tujuan, pandai mencari pemecahan masalah; sedangkan yang tidak
terorganisasi bersifat kurang sadar akan tujuan, tidak memiliki kemampuan
mengontrol
· Kehangatan : guru yang memiliki
kehangatan bersifat pandai bergaul, ramah, sabar sedangkan yang dingin
bersifat tidak bersahabat, sikap bermusuhan dan tidak sabar.